14 Juli 2008

Listrik Mati pakai Portable Genset aja !

Setelah pihak PLN mengumumkan pemadaman listrik secara bergiliran tahun lalu untuk area Jakarta dan sekitarnya, ada baiknya Anda melakukan antisipasi dengan menyediakan Portable Genset di rumah, agar kebutuhan penting keluarga tidak terganggu, seperti pompa air, lampu, kulkas dan lain-lain tetap beroperasi.

Portable Genset kini banyak tersedia di pasaran yaitu kapasitas daya antara 850-1500 Watt dengan kisaran harga relative terjangkau yaitu Rp. 800.000,- s/d Rp. 3.000.000,-. Beberapa tempat yang menjual Portable Genset antara lain : Ace Hardware, Carrefour, Makro, Giant, Depo Bangunan dan toko peralatan teknik lainnya.

Mati lampu ... siapa takut !!??

03 Juli 2008

Ruang Terbuka Hijau untuk Kawasan Pemukiman

Beberapa pengembang perumahan saat ini banyak yang menawarkan tema lingkungan hidup berkualitas sebagai hunian yang asri, mulai dari nuansa hutan kota, danau dan padang golf. Sudah menjadi tuntutan sebagai hunian yang menjadi demand bagi masyarakat saat ini adalah lingkungan hijau nan asri serta udara sejuk, disamping faktor lain seperti : air bersih, jarak tempuh ke pusat kota, akses jalan, transportasi, gaya hidup, fasilitas pendukung serta nilai ekonomi.

Untuk mendapatkan lingkungan hijau yang berkualitas diperlukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara proporsional yaitu 30% dari luas kawasan tersebut. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan mengharus­kan kawasan hijau di perkotaan minimal 20 persen dari seluruh luas perkotaan. sebagai referensi DKI Jakarta tahun 1965-1985 mengalokasikan RTH seluas 37,2 % (sangat ideal), tahun 1985-2005 alokasi RTH menyusut menjadi 25,85 % (cukup ideal) dan RTH tahun 2000-2010 kini hanya menyisakan seluas 13,94 % (tidak ideal), sementara RTH di berbagai lokasi saat ini terus mengecil hingga berkisar 9,14 % (kritis). Memang bukan merupakan jaminan, apabila kawasan pemukiman memiliki RTH sebesar 30 % akan menjadi hunian yang sejuk, karena harus diikuti oleh penataan secara makro dan global. Namun paling tidak secara mikro dapat menjadikan “atmosfir” kawasan pemukiman tersebut menjadi lebih baik dan berkualitas. Sebenarnya pihak penyedia kawasan pemukiman dapat memanfaatkan lahan fasilitas fasos fasum untuk dijadikan RTH yaitu pada sisi jalan raya exsisting (jalan desa), jalur tegangan tinggi PLN dan sisi lahan yang terbentuk secara alami seperti sungai, saluran air dan danau

01 Juli 2008

Angkutan Commuter Plus

Pada saat akan dioperasikan shuttle bus di beberapa kawasan pemukiman, dengan konsep angkutan commuter plus feeder TransJakarta Busway pada tanggal 1 Mei 2014 lalu, banyak pihak yang meragukan akan keberhasilan operasi angkutan tersebut, karena disamping demand juga terkait dengan perijinan yang relatif sulit untuk didapatkan. Setelah Trans Bintaro Jaya dioperasikan yang sekaligus sebagai pioneer angkutan commuter & feeder busway, ternyata mendapatkan respon sangat baik dari masyarakat. Momen tersebut kemudian diikuti oleh beberapa pengelola properti dan developer untuk menyediakan angkutan publik tersebut, karena diyakini akan meningkatkan nilai jual properti yang dikelolanya.

Kalau kita lihat karakteristik angkutan commuter tersebut, memang sedikit berbeda dengan bus kota yang pada umumnya akan mengalami “sepi penumpang” pada saat jam tertentu terutama siang hari. Dimana pada saat peakhour pagi dan sore akan mengalami over capacity, sedangkan pada angkutan commuter yang memang di-design sebagai feeder TransJakarta Busway dan berhenti di beberapa pusat perbelanjaan sangat diminati masyarakat baik pagi, siang dan sore - malam hari.

Belajar dari pengalaman tersebut beberapa pengembang dan operator bus mencoba menerapkan angkutan commuter plus, misalkan ke bandara, Bandung, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Ternyata hasilnya juga cukup mendapat respon positif dari masyarakat.

Melihat demand masyarakat, sebenarnya hal ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan public transport yang nyaman, efektif dan ekonomis, dengan tujuan tertentu dan periodik ke pusat wisata, perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain.

Hal lain yang cukup menarik dari penyediaan angkutan pemukiman tersebut disamping sebagai fasilitas bagi warga dapat dijadikan sebagai media promosi berjalan bagi pengembang. Dengan pemikiran adalah biaya media promosi yang dipasang pada billboard selama periode waktu tertentu dapat dialokasikan untuk kerja sama penyediaan shuttle bus. Menarik kan… ?? !!

Yang perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan Angkutan commuter adalah melakukan survei kepada masyarakat, melakukan simulasi melalui pemodelan, melakukan uji coba terhadap respon masyarakat dan terakhir adalah melakukan kajian final yang mencakup aspek ekonomi, perijinan, dan hasil studi tersebut.