Pada saat akan dioperasikan shuttle bus di beberapa kawasan pemukiman, dengan konsep angkutan commuter plus feeder TransJakarta Busway pada tanggal 1 Mei 2014 lalu, banyak pihak yang meragukan akan keberhasilan operasi angkutan tersebut, karena disamping demand juga terkait dengan perijinan yang relatif sulit untuk didapatkan. Setelah Trans Bintaro Jaya dioperasikan yang sekaligus sebagai pioneer angkutan commuter & feeder busway, ternyata mendapatkan respon sangat baik dari masyarakat. Momen tersebut kemudian diikuti oleh beberapa pengelola properti dan developer untuk menyediakan angkutan publik tersebut, karena diyakini akan meningkatkan nilai jual properti yang dikelolanya.
Kalau kita lihat karakteristik angkutan commuter tersebut, memang sedikit berbeda dengan bus kota yang pada umumnya akan mengalami “sepi penumpang” pada saat jam tertentu terutama siang hari. Dimana pada saat peakhour pagi dan sore akan mengalami over capacity, sedangkan pada angkutan commuter yang memang di-design sebagai feeder TransJakarta Busway dan berhenti di beberapa pusat perbelanjaan sangat diminati masyarakat baik pagi, siang dan sore - malam hari.
Belajar dari pengalaman tersebut beberapa pengembang dan operator bus mencoba menerapkan angkutan commuter plus, misalkan ke bandara, Bandung, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Ternyata hasilnya juga cukup mendapat respon positif dari masyarakat.
Melihat demand masyarakat, sebenarnya hal ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan public transport yang nyaman, efektif dan ekonomis, dengan tujuan tertentu dan periodik ke pusat wisata, perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain.
Hal lain yang cukup menarik dari penyediaan angkutan pemukiman tersebut disamping sebagai fasilitas bagi warga dapat dijadikan sebagai media promosi berjalan bagi pengembang. Dengan pemikiran adalah biaya media promosi yang dipasang pada billboard selama periode waktu tertentu dapat dialokasikan untuk kerja sama penyediaan shuttle bus. Menarik kan… ?? !!
Yang perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan Angkutan commuter adalah melakukan survei kepada masyarakat, melakukan simulasi melalui pemodelan, melakukan uji coba terhadap respon masyarakat dan terakhir adalah melakukan kajian final yang mencakup aspek ekonomi, perijinan, dan hasil studi tersebut.
Kalau kita lihat karakteristik angkutan commuter tersebut, memang sedikit berbeda dengan bus kota yang pada umumnya akan mengalami “sepi penumpang” pada saat jam tertentu terutama siang hari. Dimana pada saat peakhour pagi dan sore akan mengalami over capacity, sedangkan pada angkutan commuter yang memang di-design sebagai feeder TransJakarta Busway dan berhenti di beberapa pusat perbelanjaan sangat diminati masyarakat baik pagi, siang dan sore - malam hari.
Belajar dari pengalaman tersebut beberapa pengembang dan operator bus mencoba menerapkan angkutan commuter plus, misalkan ke bandara, Bandung, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Ternyata hasilnya juga cukup mendapat respon positif dari masyarakat.
Melihat demand masyarakat, sebenarnya hal ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan public transport yang nyaman, efektif dan ekonomis, dengan tujuan tertentu dan periodik ke pusat wisata, perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain.
Hal lain yang cukup menarik dari penyediaan angkutan pemukiman tersebut disamping sebagai fasilitas bagi warga dapat dijadikan sebagai media promosi berjalan bagi pengembang. Dengan pemikiran adalah biaya media promosi yang dipasang pada billboard selama periode waktu tertentu dapat dialokasikan untuk kerja sama penyediaan shuttle bus. Menarik kan… ?? !!
Yang perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan Angkutan commuter adalah melakukan survei kepada masyarakat, melakukan simulasi melalui pemodelan, melakukan uji coba terhadap respon masyarakat dan terakhir adalah melakukan kajian final yang mencakup aspek ekonomi, perijinan, dan hasil studi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar